Kamis, 14 Mei 2009

Bayar Utang Dengan Cek Kosong



Bayar Utang Dengan Cek Kosong

BOGOR (Pos Kota) – Masyarakat diminta berhati-hati, jika menerima pembayaran melalui cek. Di Bogor, seorang pengusaha menjadi korban penipuan .
Karnadi Setyawan 51, warga Kebon Kelapa Bogor Tengah kepada polisinya mengaku,a dirinya ditipu oleh Muliana 61, warga Kelapa Gading Jakarta Utara.
Menurut korban, 19 April , pelaku membayar hutangnya Rp 25 juta dengan selembar cek sebuah bank swasta.
Ketika hendak dicairkan di bank tanggal 28/4, ternyata ditolak pihak bank dengan alasan, no rekening tersebut, sudah ditutup.





Walau merasa diperdaya pelaku, korban masih berusaha menempuh jalan musyawarah dengan menghubungi dan mendatangi rumah pelaku.
“Karena terus diperdaya, saya lapor polisi saja. Biar masalahnya diselesaikan secara hukum,” ujar Karnadi Senin (11/5) sore.
“Kasus penipuan ini, kini ditangani Polresta Bogor dengan meminta keterangan saksi pelapor dan beberapa saksi lainnya,” tandas Irwansyah, Kasat Reskrim Polresta Bogor. (yopi)

Rabu, 13 Mei 2009

Awas! Gendam Tanpa Sentuhan Akan Sedot Uang Anda


Kamis, 14 Mei 2009 | 08:40 WIB

MALANG, KOMPAS.com — Waspada! Komplotan tukang gendam kembali muncul dan terus mencari mangsa. Ini dialami oleh Kaberia Nainggolan (59), warga Perum Grya Shanta, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, yang kehilangan uang Rp 280 juta akibat terkena gendam yang dilancarkan pelaku.

Peristiwa ini bermula saat Kaberia hendak membayar tagihan telepon di Plaza Telkom, Jl Ahmad Yani, Blimbing. Belum masuk ke kantor untuk melakukan pembayaran, ibu lima anak dan enam cucu ini dihampiri pria muda yang mengaku warga negara Singapura.

Dengan gaya bicara logat Melayu, pelaku mengatakan ingin menukar uang dollar Singapura yang dimilikinya dengan rupiah. Pelaku meminta Kaberia mengantarnya ke bank atau money changer sembari menunjukkan uang dollar Singapura yang dibawanya. "Dia beralasan butuh uang cepat untuk disumbangkan ke panti asuhan di kota Malang,” kata Kaberia, Rabu (13/5).

Kaberia, distributor sembako di Malang dan di Gresik, menolak meski akhirnya tanpa sadar menurut saat diajak masuk ke mobil Kijang warna gold yang dibawa pelaku.

Pelaku kemudian meminta Kaberia kembali ke rumah untuk mengambil uang tunai yang dimilikinya sebesar Rp 30 juta, perhiasan, dan juga buku tabungan BCA yang dimiliknya. “Mama sempat bilang ada orang Singapura mau menukarkan uang asing dengan rupiah untuk disumbangkan ke panti asuhan, dan dijanjikan ada selisih nilai tukar yang bisa disumbangkan juga atas nama mama,” terang Sariman Simbolan Nainggolan (35), anak ketiga Kaberia yang bertemu dengan Kaberia di rumah.

Pelaku lalu mengajak Kaberia ke BCA, Jl Basuki Rahmat, Malang, guna menarik uang Rp 200 juta. Uang sebesar itu plus Rp 30 juta dan sekotak perhiasan seberat 100 gram dijanjikan pelaku ditukar dengan uang 62.000 dollar Singapura. “Uang lembaran seribuan dollar Singapura itu dimasukkan sendiri ke oleh mama dalam amplop, namun sampai rumah ternyata hanya berisi pecahan Rp 1.000 berjumlah 62 lembar,” kata Sariman yang heran karena dari cerita sang mama, pelaku sama sekali tidak menyentuh, menepuk, menyalami, atau melakukan kontak fisik saat memperdaya ibunya.

Peristiwa gemdam ini adalah yang kedua dalam 24 jam terakhir yang terjadi di Malang. Pada hari yang sama, Ch Soekemi (70), warga Jl Platina, Purwantoro, juga kena gendam dan kehilangan uang tunai Rp 18 juta.

Pelakunya diduga sama karena menggunakan mobil Toyota Kijang dan berlogat Melayu. Yang membedakan hanya modusnya. Soekemi digendam dengan umpan jam Rolex palsu. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Malang Ajun Komisaris Polisi Kusworo Wibowo mengatakan, pihaknya terus menyelidiki kasus ini.

Sebelumnya, pada April lalu, Polres Malang berhasil menggulung komplotan tukang gendam berjumlah tiga orang asal Pasuruan yang kerap beroperasi di Kota Malang. “Ada kemungkinan, pelaku ini punya hubungan dengan jaringan tukang gendam yang sebelumnya telah ditangkap. Dan hal ini masih terus kami selidiki,” ucapnya. (why)

sumber:www.kompas.com



Senin, 11 Mei 2009

Wuih! Hidung Belang Bayar PSK Pakai Uang Palsu


Kamis, 16 April 2009 | 13:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Siang ini pihak Polri mengeluarkan pernyataan bahwa Pulau Jawa menjadi tempat peredaran uang palsu terbesar di Tanah Air. Mungkin hal ini bukan suatu yang mengejutkan, mengingat tingkat populasi yang begitu padat di Jawa. Namun, ada hal lain yang juga perlu dicermati.

Para pencetak uang palsu tidak menghentikan aktivitasnya sesaat setelah uang palsu selesai dibuat. Mereka ternyata perlu pikirkan dengan masak bagaimana mengedarkan uang abal-abal itu dengan aman.

Wakil Direktur II Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Kombes (Pol) Subagyo, Kamis (16/4), mengungkapkan berbagai modus cara pengedaran uang-uang palsu tersebut. Salah satunya adalah untuk berfoya-foya di tempat-tempat hiburan malam. Di Bandung misalnya, uang-uang palsu itu digunakan untuk membayar pekerja seks komersial (PSK).

"Dia (pelaku) main esek-esek dibayar uang palsu. PSK-nya tahu terus dikejar. Barangkali cinta palsu dibayar uang palsu," tutur Subagyo.

Dalam beberapa kasus lain, uang palsu dibelanjakan dan diedarkan di pasar dengan harapan bisa memberikan keuntungan dari uang kembali. Bahkan ada pula, uang palsu diselipkan dalam gaji karyawan atau oknum karyawan bank. Lalu, uang-uang ini kerap dipakai untuk pembelian barang di malam hari, dipakai untuk perjudian, di samping untuk iseng bermain di dunia gemerlap dan membayar PSK tentunya.

Sementara itu, untuk pembuatan uang palsu umumnya dilakukan di tempat permukiman elite. "Contohnya di Bandung. Pelaku membuat uang palsu dengan menyewa rumah Rp 70 juta," ujarnya.

KOMPAS.com
 
 

Uang Palsu, Lagi?






Senin, 11 Mei 2009 | 17:32 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Setumpuk kertas, sebuah alat cetak, berkaleng-kaleng cat, menghiasi ruang konferensi pers Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Negara RI (Mabes Polri), Senin (11/5). Barang-barang tersebut merupakan barang bukti terkait kasus pemalsuan uang yang baru diungkap, Rabu lalu.

Pelaku dinilai pintar karena kemiripan uang palsu tersebut dengan uang asli sekitar 80 persen. Ini dapat diartikan uang tersebut hampir identik dengan uang asli.

Jika dilihat di bawah sinar biru, kertas pembuat uang palsu itu memiliki lambang hologram kepulauan Indonesia. Namun, tanda tersebut dicetak sendiri oleh pelaku dengan menggunakan cat yang ada.

(KOMPAS.com)

Jumat, 08 Mei 2009

Bahu Ditepuk Motor Raib

Bahu Ditepuk Motor Raib

Setelah sekian lama tak terdengar, aksi hipnotis dengan korban tukang ojek motor kembali muncul. Modus sebagai penumpang kembali diperagakan pelaku sebagai bekal untuk menjerat korbannya. Aksi kejahatan itu kali ini menimpa Supangat, 38, tukang ojek motor yang sehari-harinya mangkal di kawasan Sukapura, Cilincing, Jakut.

Pria warga Gg. H. Pitang, RT 14 RW 06, Sukapura ini harus kehilangan sepeda motornya yang dibawa kabur pria penumpangnya, Minggu (3/5) malam.

Peristiwa itu berawal dari niat korban mengantarkan pelaku ke derah Cempaka Putih, Jakpus. Namun di persimpangan lampu merah Coca Cola, Kelapa Gading Barat, lelaki yang naik dari Sukapura itu tiba-tiba saja meminta korban untuk berhenti.

Sambil menepuk bahu korban, ia beralasan ingin menemui rekannya. Alasan itulah yang dijadikan pelaku untuk meminjam motor korban. Entah pengaruh apa, permintaan pelaku dituruti oleh korban.

Supangat baru menyadari kalau dirinya baru saja ‘dikerjai’ pelaku setelah sekian jam motor Yamaha Mio B 6197 UKN miliknya yang ‘dipinjam’ pelaku tak kunjung kembali. Kasus itu selanjutnya dilaporkan korban ke Polsek Kelapa Gading. (yahya/sir)

sumber : poskota.co.id